Sejauh ini pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih mengandalkan sistem faktur manual yang merepotkan dan sulit dilacak.
Ketersediaan faktur menjadi hambatan bisnis online dalam memperoleh informasi arus kas. Faktur digital yang terintegari dengan arus kas membantu mengetahui arus kas UMKM secara mudah dan cepat.
Bisnis online tetap saja membutuhkan faktur atau invoice, sebagai bukti pembelian dan juga pembayaran dari pembeli. Sebagai sebuah dokumen faktur penting di dalam melacak transaksi yang telah dilakukan.
Sejauh ini pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih mengandalkan sistem faktur manual yang merepotkan dan sulit dilacak. Hal ini karena minimnya pemahaman pelaku usaha terhadap dasar-dasar akuntansi, dan pentingnya faktur yang menjadi unsur penting dalam manajemen keuangan.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Jeremy Limman dan Yosia Sugialam menciptakan platform yang dinamakan dengan Paper.id, sebuah platform invoicing pertama di Indonesia yang terintegrasi dengan laporan manajemen arus kas dan laporan keuangan.
Dengan paper. id, pelaku usaha mampu menelusuri semua tagihan dan penjualan serta melihat laporan keuangan yang komprehensif. Paper.id memungkinkan pelaku usaha untuk membuatinvoice dan laporan keuangan secara mudah dan cepat.
Aplikasi Paper.id yang dilengkapi dengan sistem pengingat, untuk mencegah pengguna lupa tanggal tagihan atau pembayaran pelanggannya. “Di era digital ini, UMKM perlu dilatih untuk lebih memahami manajemen keuangan dengan menggunakan platform untuk mengelola keuangan dan arus kas mereka dengan mudah,” kata CEO Paper.id Jeremy Limman, di Jakarta Senin (23/4).
Paper.id, membantu pelaku usaha membuat faktur elektronik dari platform web pada laptop atau aplikasi pada ponsel Android. Platform ini teritegrasi dengan fitur laporan keuangan seperti neraca keuangan, laporan laba rugi, dan lainnya yang memungkinkan melihat laporan keuangan secara sederhana, lengkap dan real-time.
Kelebihan Paper.ide bukan hanya memberikan solusi laporan keuangan, semata. Bekerja sama dengan Yap! Dari Bank Negara Indonesia (BNI), Paper.id dapat berfungsi sebagai alat transaksi pembayaran, mulai dari sistem transfer bank,virtual account, kartu kredit, m-banking dan ewallet.
Dengan Yap! yaitu aplikasi pembayaran dengan cara scan QR code BNI dan Paper.id, pengguna dapat melakukan pembayaran dengan cara memindai QR code, untuk memudahkan pengguna. “Setiap invoice yang dikirimkan dari Paper.id akan mencantumkan QR Code sehingga pelanggan dapat langsung melakukan pembayarannya dari aplikasi Yap!,” jelas Assistant Vice President Internet Banking & e-Commerce Business Bank Negara Indonesia (BNI) Idi Priadi Wibawa.
Sampai saat ini, Paper.id diklaim sudah digunakan oleh ribuan pemilik bisnis untuk mengirimkan lebih dari 30.000 invoice secara digital. Selain memiliki layanan gratis, Paper.id juga memiliki layanan basic dan layanan premium dengan harga yang terjangkau dengan tariff termurah sebesar 50.000 rupiah per bulan.
Untuk membangkitkan ekonomi ditengah pandemi Bank Indonesia (BI) menyatakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi nasional karena mampu menyerap banyak tenaga kerja dan memiliki pangsa pasar yang besar.
Namun, di tengah pandemi Covid-19 yang membuat aktivitas lebih terbatas menuntut dilakukan penyesuaian model kerja dan pemasaran yang lebih mengandalkan teknologi atau yang dikenal dengan digitalisasi.
Demikian dikatakan Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, dalam diskusi Economic Student Committee, Magister Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, di Jakarta, Senin (21/12).
Menurut Destry, tren digitalisasi di sektor keuangan meningkat pada masa pandemi, khususnya transaksi perdagangan elektronik atau e-commerce. Nilai transaksi mereka mencapai lebih dari 70 triliun rupiah pada kuartal III tahun 2020 atau meningkat dari kuartal sebelumnya 60 triliun rupiah. Seiring dengan itu, penggunaan uang elektronik (UE) juga meningkat terutama yang diterbitkan oleh nonbank.
“Namun, baru 16 persen UMKM yang sudah digital. Ini yang harus ditingkatkan,” kata Destry.
UMKM sebagai katalisator perekonomian harus masuk ke era digitalisasi seiring dengan perubahan perilaku konsumen di tengah kondisi pandemi saat ini.
Sementara itu, Ketua Program Studi Magister Manajemen FEB UI, Rofikoh Rokhim, meminta lembaga keuangan untuk meningkatkan inklusi keuangan, terutama bagi perempuan agar mendorong perekonomian rumah tangga keluarga Indonesia.
“Akses keuangan bagi perempuan itu harus ditingkatkan karena selama ini akses perempuan untuk dapatkan layanan produk perbankan sangat terbatas, padahal rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perempuan rendah,” kata Rofikoh.
Selain NPL yang rendah, bisnis yang dirintis perempuan berpeluangan tumbuh karena ketekunan serta jaringan konsumen rumah tangga yang cukup luas. Dia mencontohkan tidak sedikit UMKM di Tanah Air yang lahir dari tangan perempuan.
Pandai Berinvestasi
Selain mendorong para perempuan untuk memanfaatkan layanan produk perbankan, Rofikoh juga menyarankan kaum hawa untuk pandai berinvestasi. “Investasi itu dari nilai yang sedikit saja. Jangan tunggu uang banyak baru investasi, sebab yang dikit itu lama-lama jadi bukit. Jangan menunda untuk investasi,” tegas Rofikoh yang menjabat sebagai Komisaris BRI.
Sementara itu, Asisten Deputi Perumusan Kebijakan Kesetaraan Gender, Kementerian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Muhammad Ihsan, mengatakan dengan mengacu pada data Kementerian Koperasi dan UKM, dari 64 juta unit usaha, 99,99 persen merupakan UMKM dan diperkirakan 50 persen dikelola atau dimiliki oleh perempuan. Pada tahun lalu, UMKM menyumbang 60 persen PDB dan berkontribusi 14 persen pada total ekspor nasional. “Jadi, peran perempuan ini sangat menopang ekonomi bangsa,” tegas Ihsan.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan apresiasinya atas langkah yang telah dilakukan semua pihak dalam merealisasikan capaian target onboarding (penyesuaian) UMKM ke sektor digital yang hingga akhir November lalu jumlahnya telah mencapai 3,4 juta UMKM.
Tags: manajemen perkantoran, Muhammad Raditya nugraha, produk kreatif dan kewirausahaan, smk bisa smk hebat, Smkn 15 jakarta